Rabu, 24 November 2010

IBSAP Chapter 2. Biodiversity for the Present and Future Generations

21/11/2008

Keanekaragaman hayati adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keanekaan bentuk kehidupan di bumi, interaksi di antara berbagai makhluk hidup serta antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaan sistem pengetahuan dan budaya masyarakat juga terkait erat dengan keanekaragaman hayati. Dengan demikian, keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia; mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk suatu sistem jejaring kehidupan yang rumit di dalam sebuah hutan.

Selain tiga tingkatan keanekaragaman hayati yang telah kita kenal, yaitu ekosistem, spesies dan gen, kita harus memahami pula mengenai pusat asal-usul, pusat keanekaragaman dan pusat endemisme. Seluruh tingkat keanekaragaman hayati tersebut saling terkait satu dengan lainnya. Selain itu, kegiatan manusia dan pola konsumsi juga mempengaruhi keanekaragaman hayati.

Keanekaan budaya manusia dan sistem pengetahuan juga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati. Keanekaan budaya dicerminkan oleh keanekaan bahasa, kepercayaan, sistem pengelolaan lahan dan sumber daya alam, sistem pengetahuan tradiosional, struktur sosial, pola tanam, dan lainnya, yang membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan. Sistem pengetahuan dan perkembangan teknologi modern juga menyumbangkan pemahaman tentang keanekaragaman hayati serta manfaatnya, misalnya melalui proses domestikasi hewan atau tumbuhan liar yang didasari pengetahuan tentang biologi spesies tersebut.

Nilai dan makna penting keanekaragaman hayati sudah lama diketahui dan diakui, namun karena tidak selalu dapat dinilai secara moneter maka seringkali nilainya terabaikan. Nilai dan makna penting tersebut dilihat dari nilai eksistensi, nilai jasa lingkungan, nilai warisan, nilai pilihan, nilai konsumsi, nilai produksi, serta nilai global dan lokal. Nilai dan makna penting ini tidak hanya berlaku untuk generasi kini, namun juga untuk generasi mendatang. Ketidakseimbangan dalam memandang nilai keanekaragaman hayati dapat mengarah pada perusakan habitat alami, kepunahan spesies, erosi keanekaragaman hayati dan budaya, serta sistem pengetahuan yang melemah.

Bab ini menguraikan konsep-konsep penting mengenai keanekagaraman hayati dan keanekaragaman budaya secara umum serta sistem pengetahuan yang berkaitan, dan nilai serta makna penting keanekaragaman hayati bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.

Direktorat Lingkungan Hidup

Direktorat Lingkungan Hidup

* Email
* Print
* 613

IBSAP Chapter 1. Introduction

21/11/2008

Keanekaragaman hayati merupakan seluruh keanekaan bentuk kehidupan di bumi, beserta interaksi di antara mereka dan antara mereka dengan lingkungannya. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudera (Pasifik dan Hindia), dikaruniai keanekaragaman hayati yang amat kaya dan khas. Sebagian besar pembangunan di Indonesia selama ini mengandalkan sumber daya hayati ini, yang sangat bergantung kepada keberadaan, potensi, dan kelestarian keanekaragaman hayati. Dengan demikian keanekaragaman hayati merupakan aset bagi pembangunan dan kemakmuran bangsa. Penyusunan strategi dan rencana aksi keanekaragaman hayati nasional bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan upaya konservasi dan pemanfaatannya secara lestari sebagaimana tercantum dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati.

Untuk mewujudkan potensi tersebut diperlukan strategi dan rencana aksi pengelolaan keanekaragaman hayati yang komprehensif, efektif dan partisipatif. Belajar dari pengalaman penyusunan Biodiversity Action Plan for Indonesia (BAPI) 1993 dan implementasinya serta mengingat proses desentralisasi yang saat ini tengah berlangsung, maka proses penyusunan IBSAP diupayakan sejauh mungkin menggunakan pendekatan partisipatif, bottom up dan transparan.

Dalam pelaksanaannya, pendekatan yang dipilih tidak selalu berjalan mulus karena ada berbagai kendala teknis maupun non teknis. Namun semangat partisipatif sejauh mungkin dikembangkan dalam proses penyusunan IBSAP yang berlangsung selama 2 tahun. Pendekatan dilakukan melalui berbagai macam bentuk dan cara, diantaranya melalui lokakarya regional dan nasional, community outreach, diskusi tematis, diskusi kelompok terfokus, jejaring nasional dan internasional, dan lainnya.

Bab ini berisi tentang latar belakang disusunnya dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020, termasuk implementasi Biodiversity Action Plan for Indonesia 1993 yang dijadikan dasar pijakan penyusunan IBSAP, menguraikan tujuan, proses dan pendekatan serta organisasi penyusunan dokumen IBSAP.

tic tac

 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design