Senin, 29 November 2010

” Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan Berbasis Agama"

Media massa, beberapa waktu terakhir terus gencar memberitakan peristiwa pembabatan hutan secara liar di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Papua. Tak hanya hutan produksi yang ditebang habis, tetapi juga hutan lindung yang difungsikan sebagai penjaga keseimbangan lingkungan. Tak heran, kondisi ketahanan alam yang bersendikan lingkungan hidup makin hari makin rapuh. Akibatnya mulai tampak: banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, polusi udara terus berlangsung. Penyakit demi penyakit yang diakibatkan oleh terganggunya kelestarian alam mulai menimpa ketentraman hidup manusia.
Pada saat yang sama, kesadaran manusia akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup semakin sulit diharapkan. Hal itu nampak dari sikap manusia terhadap alam lingkungannya yang lebih di dorong oleh semangat eksploitasi.Melalui berbagai teknologi, manusia secara membabi buta mengambil segala sesuatu dari alam tanpa mempertimbangkan dampak-dampak ekologisnya.
Keserakahan manusia terhadap alam ini akan berdampak serius pada kehidupan umat manusia itu sendiri. Bumi akan membusuk dan manusia akan terlumat olehnya. Kegersangan akibat pembabatan hutan, dan kepengapan udara akibat pembakaran hutan dan cerobong pabrik akan menyergap kehidupan manusia di masa mendatang.
Banyak kelompok masyarakat yang gemas, bagaimana menyikapi fenomena perusakan alam ini. Banyak pihak mulai memikirkan alternatif bagi penyelamatan lingkungan. Salah satunya dengan agama. Agama sebagai pemberi pesan damai, baik kepada manusia maupun kepada alam, sudah semestinya turut memberi jalan keluar bagi kelestarian lingkungan alam. Agama harus menyampaikan pesannya kepada manusia bahwa alam juga punya hak untuk hidup nyaman tanpa terganggu polusi yang menyesakkan.
Hassan Hanafi, seorang pemikir muslim dari Mesir berpendapat, melihat lingkungan dari sudut pandang agama akan memungkinkan kita untuk menyelesaikan persoalan sumber-sumber alam dari akar yang sebenarnya, yakni sudut pandang kesadaran manusia. Sikap dan pandangan manusia sangat menentukan cara berhubungan dengan alam. Obyek yang hidup, seperti alam atau dunia, tidak akan ada atau berubah kecuali dalam pandangan si subyek. Namun perlu ditegaskan, setiap agama memiliki model yang beragam dalam hubungan mereka dengan alam, mulai dari sikap tidak menganggap penting dunia sampai dengan sangat mementingkan dunia. (Hassan Hanafi, 1995).
Agama dan Pendidikan Sadar Lingkungan.
Jika kita gali secara menyeluruh, Islam sebenarnya sangat mendukung gerakan pelestarian alam. Hal ini terbukti dengan banyaknya ayat-ayat dalam al-Quran yang -secara tersirat maupun tersurat—mengecam keras terhadap perusakan Alam dan lingkungan, semisal (QS.11:85/ QS.2:11-12/ QS.7:85/ QS.28:77/ QS.26:151-152. Bahkan dalam pandangan Islam alam memiliki peran lebih jauh, yaitu untuk mengetahui Tuhan. Ia dapat membawa manusia menuju Tuhan. Semua fenomena alam adalah tanda dari manifestasi Tuhan, dari Dia dan kembali kepada-Nya (QS. 2:164/QS.14:32/QS. 31: 20/ QS. 50:6-11/ QS.16;14). Sesungguhnya alam juga adalah hasil dari tindakan-Nya. Alam tak dapat dihancurkan tetapi justru harus dipelihara. Pemujaannya kepada Tuhan mensyaratkan pemujaannya kepada alam. Alam diciptakan untuk manusia, untuk hidupnya dan untuk kegembiraannya. Bukan dihancurkan dan jadi sumber bencana manusia.
Kekayaan agama akan kearifan lingkung-an ini dapat mendorong pemeluknya untuk setia melestarikan alam, karena hal itu dipandang sebagai tuntutan agama yang sifatnya suci. Namun nilai-nilai agama itu tak berarti jika tidak segera diwujudkan dalam bentuk pendidikan agama yang ramah lingkungan atau pendidikan lingkungan yang berbasis agama. Pendidikan (agama) dan kesadaran lingkungan memiliki kaitan yang cukup erat dalam memberi jalan keluar bagi krisis lingkungan. Jika pendidikan berkait dengan fungsi intelektualnya (tafakkur), maka agama berkait dengan fungsi kesadaran etisnya (tadabbur).
Oleh sebab itu, pendidikan agama ber-wawasan lingkungan, atau pendidikan lingkungan berbasis agama cukup mendesak untuk segera diwujudkan dengan alasan; Pertama, persoalan lingkungan bukan semata-mata persoalan teknis pengelolaan, tetapi juga, menurut Sony Keraf, pakar lignkungan, terkait erat dengan moral. Agama sebagai salah satu sumber yang kaya akan moralitas, sudah seharusnya turut pro-aktif memberi sumbangan yang positif dalam masalah krisis lingkungan.
Kedua, agama saat ini menjadi satu-satunya tumpuan harapan yang patut kita pertimbangkan dalam mengatasi krisis ling-kungan hidup, karena ilmu-pengetahuan dan teknologi yang semula diharapkan dapat me-ngangkat kedudukan alam dan manusia da-lam posisi yang ber-martabat, malah men-jadi faktor utama dalam serangkaian krisis lingkungan. Melalui penggunaan ilmu pengetahuan yang in-tensif, manusia telah mengembangkan kekuatan dahsyat yang menggiring kehidupan ke dalam pusaran bencana. Tingkat dominasi manusia terhadap alam dan kemampuan mereka mengubah lingkungannya telah membawa konsekwensi yang tidak ringan pada keberlanjutan kehidupan di masa mendatang.
Ketiga, agama, khususnya di Indonesia, mendapat tempat yang sangat mulia dalam sistem kesadaran manusia. Manusia adalah makhluk agama (Homo Religius) yang selalu membutuhkan sesuatu yang bersifat transenden. Karenanya, banyak tindakan manusia -baik maupun buruk- ditentukan oleh pandangannya terhadap agama. Jika pandangan hidup yang didasarkan pada norma-norma agama ini di warnai dengan pesan-pesan kearifan ekologis dari agama, bukan mus-tahil manusia akan ber-usaha menghargai alam sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Sehingga, kewajiban melestarikan alam, sa-ma kuatnya dengan sejumlah kewajiban lain-nya dalam agama. Pengabaian kewajiban ini sama berdosanya dengan pengabaian ke-wajiban lainnya dalam agama.
Akhirnya, terhadap fenomena perusakan alam agama seharusnya tidak sekedar berhenti pada sekumpulan ibadah ritual, melainkan perlu memberi jawaban yang konkrit dan me-nyeluruh. Karenanya, penggalian terhadap pesan-pesan ekologis agama untuk kemudian dijadikan landasan teologis dalam proses pendidikan yang berwawasan lingkungan adalah sebuah agenda mendesak yang perlu segera dilakukan.

0 comments:

Posting Komentar

tic tac

 
Free Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design